Belum lengkap rasanya berkunjung ke Palembang tanpa singgah sejenak di Pulau Kemaro. Pulau Kemaro bukanlah sekadar sebuah delta kecil yang terletak di delta Sungai Musi yang bisa kita sambangi dengan menggunakan perahu ketek sebagai sarana transportasi belaka.
Betapa tidak, salah satu destinasi wisata unggulan Sumatera Selatan ini sarat akan cerita legenda mengenai kisah cinta sepasang kekasih. Berada di ketinggian 5 m di atas permukaan laut dan luas yang mencapai 79 Ha, Pulau Kemaro menyuguhkan kita beragam peninggalan sejarah.
Ada Pagoda dengan 9 lantai yang bisa kita liat mulai dari perjalanan menuju Pulau Kemaro, Klenteng Hok Tjing Rio, Makam Putri Sriwijaya, hingga Kuil Buddha. Ya, Pulau yang berarti pulau yang kemarau ini memang identik dengan budaya dan masyarakat Cina, serta kehidupan asli warga Palembang.
Hmm nanti dulu, bagaimana dengan legenda yang disebutkan sebelumnya?
Legenda Pulau Kemaro: sepasang kekasih dari Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Tiongkok
Alkisah, tersebutlah seorang pangeran dari Kerajaan Tiongkok. Tan Bun An namanya. Kala itu Pangeran Tan Bun An berdagang di Kerajaan Sriwijaya, atau saat ini lebih dikenal sebagai Palembang. Bukan hanya berdagang saja rupanya, karena Tan Bun An jatuh hati pada Siti Fatimah, seorang putri dari Kerajaan Sriwijaya.
Satu dari dua gerbang masuk ke Pulau Kemaro |
Rupanya cinta itu berbalas. Tan Bun An lalu membawa Siti Fatimah ke Tiongkok untuk meminta restu. Saat akan kembali ke Palembang, Tan Bun An meminta tujuh guci emas sebagai hadiah pernikahannya dengan Siti Fatimah.
Berlayarlah keduanya dengan tujuh buah guci. Namun, di saat itu masih banyak perompak yang siap untuk merebut harga berharga mereka di perjalanan. Maka sebagai kamuflase atas tumpukan emas-emas tersebut, sang kaisar memutuskan untuk menutupi dengan sayur-mayur di atasnya.
Strategi ini berhasil, sehingga Tan Bun An dan Siti Fatimah aman sepanjang perjalanan. Nah, saat sudah dekat dengan lokasi Kerjaan Sriwijaya, di Sungai Musi lebih tepatnya, Tan Bun An membuka guci-guci hadiah tersebut. Dan terkejutlah ia saat melihat tujuh guci tersebut berisi sawi-sawi asin.
Kemarahan Tan Bun An membuncah, membuatnya membuang enam guci tersebut ke tengah Sungai Musi. Ia pun membuang guci terakhir, tapi karena guci ketujuh pecah di atas dek perahu layar, Tan Bun An baru menyadari bahwa terdapat serbuk-serbuk hitam emas mentah di dalam guci tersebut.
Pagoda 9 Lantai Pulau Kemaro |
Tan Bun An pun melompat ke tengah sungai untuk menyelamatkan guci-guci hadiah tersebut, dengan seorang pengawal ikut terjun bersamanya. Namun, baik Tan Bun An maupun pengawalnya tersebut tak kunjung muncul. Siti Fatimah pun terjun untuk menolong keduanya. Dan ketiganya tak juga kembali.
Di tengah-tengah Sungai Musi ini muncullah daratan yang dinamai Pulau Kemaro. Nama ini dipilih karena pulau ini tidak pernah mengalami kebanjiran, meskipun letaknya tepat di tengah Sungai Musi.
Legenda Pulau Kemaro dan Kepercayaan untuk Mencari Jodoh
Sebenarnya masih belum jelas dari mana asalnya, kini Pulau Kemaro identik dengan kepercayaan untuk mencari jodoh. Konon katanya, bila kita ingin cepat mendapatkan jodoh, maka Pulau Kemaro menjadi salah satu destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi.
Apakah hanya untuk mereka yang belum mendapatkan jodohnya saja? Tentu tidak, syukurnya, karena kabarnya bagi mereka yang sudah mendapatkan jodohnya pun, terdapat kepercayaan bahwa yang datang ke Pulau Kemaro ini cintanya akan abadi untuk selamanya.
Tertarik untuk datang ke destinasi wisata Palembang yang sarat akan kisah legenda ini? Beranikah kamu untuk mencoba mencari jodoh di Pulau Kemaro?
Komentar
Posting Komentar